Monday, December 17, 2012

cerita lucu-Orang Gila Di Tengah Orang Waras



 Sabtu sore kemarin, simbah dikagetkan dengan adanya seorang wanita berambut gaya Kopasus duduk ndeprok di depan pintu klinik. Dia minta minum dan dikasih minum sama karyawan klinik. Seusai nggarap pasien, simbah lihat si wanita Kopasus tadi masih ndeprok di tengah pintu klinik. Karena ngganggu jalan, simbah persilakan duduk di lincak yang sengaja simbah sediakan di depan klinik.
Rupanya si wanita Kopasus ini wanita yang gak genep otaknya. Tadinya dia hanya bercelana dalam saja saat lewat di gang depan klinik. Lantas oleh tetangga simbah dikathoki dengan kathok kolor. Meskipun gak begitu wangun, tapi mendingan, lha tinimbang cawetan thok.
Karena kasihan, seorang ibu-ibu memberi dia uang duaribu ripis. Uang itu dia terima. Simbah sempat nanya identitasnya, namanya Lina, sedang mencari temannya yang bernama Setyawati. Mbuh sopo, gak jelas. “Kamu ngapain kesini?” tanya simbah.
“Mau ketemu dokter,” jawabnya.
“Kamu sakit ya?” tanya simbah.
“Nggak, lagi bunting…” katanya agak gagap.
Glodhaak…!! Wah, simbah kaget juga. Gaweyane sopo ki?? Ha nek hamil tenan lak kasihan banget wanita ini. Simbah lihat memang perutnya membuncit. Hamil betul apa cacingen gak begitu jelas.
“Kamu ke bidan saja ya… saya gak menerima pasien hamil, karena disini ada bidan. gak enak sama bidannya…” begitu nasehat simbah.
Wanita itu pergi. Uang duaribunya ditinggal. Weleh, gak doyan duit rupanya orang ini. Sore itu simbah mikir terus, gak habis pikir tentang nasib wanita tersebut. Kalo bener hamil, opo yo wong edan juga yang menghamili? Mestinya wong waras tapi bejadnya ngungkuli iblis edan.
Dapuk kacarito, ha kok malemnya wanita datang lagi dituntun seorang tokoh RW masuk ke ruang praktek. Kepala dan badannya godres getih. Moncrot ke seluruh kaos dan celana kolornya.
“Dok, tolong dok. Ini kepalanya bocor dok…” kata bapak yang mengantarnya. Segera saja simbah tangani wanita malang itu. Kepalanya robek tipis, sekitar 4 cm. Tidak dalam, sehingga gak perlu dijahit. Namun darah yang keluar memang luar biasa banyak.
Simbah segera bertanya, mengapa jadi seperti itu si wanita Kopasus ini. Si bapak menceritakan, “Ini tadi dia mau masuk rumah bu Haji, lha disuruh pergi gak mau. Terus malah menyerang bu Haji. Anak bu Haji yang laki-laki tahu kejadian itu langsung turun tangan. Wanita ini dihajar sampai berdarah-darah gini dok..”
Duh, Gusti…. lakon kok macem-macem. Simbah gak bisa cross check cerita tersebut ke si wanita Kopasus itu. Cerita gak berimbang. Kejadian sebenarnya gak jelas. Si wanita waktu simbah tanya gak bisa menjelaskan. Cuma yang ada di batin simbah saat itu, simbah merasa wanita Kopasus yang gak genep otaknya itu didholimi luar biasa.
Buat orang-orang yang merasa waras, si wanita itu dianggap gak waras. Tapi buat simbah, kelakuan orang-orang -yang ngakunya waras- terhadap wanita tersebut lebih gak waras lagi. Simbah jadi merinding, rupanya di tengah kewarasan sebagian tetangga simbah, dan dibalik kewarasan orang yang lalu lalang di depan hidung simbah, tersimpan kegilaan yang sewaktu-waktu bisa meledak bak bom waktu. Perbedaan gila dan waras jadi makin tipis. Makin susah dibedakan.
Bagaimana rasanya hati sampeyan kalo setelah ditelusuri identitasnya, ternyata wanita itu masih sedulur sampeyan? Walah jan, ngenes tenan.

0 comments:

Post a Comment

 
;